Vaksinasi COVID-19 adalah salah satu bentuk upaya yang dinilai efektif untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang saat ini masih berlangsung. Program vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dalam 4 tahap dan telah dimulai pada tanggal 13 Januari 2021. Vaksinasi COVID-19 Tahap 1 menyasar tenaga kesehatan. Sebagai salah satu tenaga kesehatan, ini adalah pengalaman saya divaksinasi COVID-19.
Alhamdulillaah, di hari Jumat tanggal 15 Januari 2021, saya sudah divaksinasi COVID-19 suntikan pertama. Saya divaksinasi di RS Brawijaya Saharjo jadi bisa sekalian nyobain RS baru deh 😜
Di RS Brawijaya Saharjo, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 bertempat di lantai 8 di area yang cukup terbuka jadi memang dipisahkan dari kegiatan RS secara umum. Setelah sampai di lantai 8, saya diarahkan ke Area Pendaftaran. Saya tunjukkan Tiket Vaksinasi yang saya dapat setelah melakukan registrasi ulang di website PeduliLindungi untuk di-scan barcode-nya. Kemudian, petugas pendaftaran meminta saya menunjukkan KTP untuk pencocokan data.
Setelah dipastikan datanya cocok, saya diarahkan ke Area Screening. Di sini, petugas mengukur suhu tubuh dan tekanan darah saya. Kemudian, petugas menanyakan apakah, saat ini, saya mempunyai keluhan kesehatan atau mengalami gejala-gejala tertentu dan menanyakan riwayat penyakit saya.
Penting untuk mengetahui kondisi kesehatan dan riwayat penyakit calon penerima vaksin COVID-19 karena orang-orang dengan kondisi tertentu harus ditunda pemberian vaksinnya bahkan orang-orang dengan riwayat penyakit tertentu belum bisa diberikan vaksin COVID-19:
! pernah terkonfirmasi menderita COVID-19;
! ada anggota keluarga serumah yang terkonfirmasi atau sedang dalam perawatan atau suspect atau kontak erat dengan orang terkonfirmasi COVID-19;
! sedang hamil atau menyusui;
! mengalami gejala batuk, pilek, sesak napas dalam 7 hari terakhir;
! memiliki riwayat alergi berat;
! sedang mendapatkan terapi jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah;
! menderita penyakit autoimun sistemik, seperti penyakit lupus;
! menderita penyakit hipotiroid atau hipertiroid karena autoimun;
! menderita penyakit saluran pencernaan kronis;
! menderita tekanan darah tinggi / hipertensi;
! menderita penyakit jantung;
! menderita penyakit kencing manis / diabetes melitus;
! menderita penyakit ginjal kronis;
! menderita penyakit Rheumatoid Arthritis;
! menderita penyakit kanker;
! menderita penyakit HIV/AIDS.
Dengan catatan:
! orang yang mengalami demam (suhu tubuh 37.5 derajat Celcius atau lebih), pemberian vaksin COVID-19 harus ditunda sampai orang tersebut tidak demam dan terbukti penyebab demamnya bukan COVID-19;
! orang yang menderita penyakit paru seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pemberian vaksin harus ditunda sampai penyakit parunya terkendali dengan baik;
! orang yang menderita penyakit TBC dan sedang dalam pengobatan dapat diberikan vaksin COVID-19 minimal setelah dua minggu mendapatkan obat anti tuberkulosis (OAT);
! orang yang menderita penyakit kencing manis / diabetes melitus dapat diberikan vaksin COVID-19 jika penyakit kencing manisnya terkontrol dan nilai HbA1C di bawah 7.5%
Kenapa orang-orang dengan kondisi tersebut di atas harus ditunda pemberian vaksinnya atau orang-orang dengan riwayat penyakit tersebut di atas belum bisa menerima vaksin COVID-19? Hal ini dikarenakan data mengenai keamanan dan potensi efek samping yang mungkin terjadi dari vaksinasi COVID-19 terhadap orang-orang dengan kondisi tersebut di atas atau orang-orang dengan riwayat penyakit tersebut di atas belum ada. Kita doakan semoga datanya segera ada ya. Sementara itu, kita yang bisa langsung divaksinasi, tolong, divaksinasi supaya mereka bisa terlindungi juga 🙏
Lanjut ya.
Setelah saya dinyatakan lolos screening, saya diarahkan ke Area Vaksinasi. Saya dipersilakan duduk dan petugas mulai menyiapkan peralatan yang diperlukan: botol vaksin dikeluarkan dari cool box, jarum suntik dipastikan baru, dan kapas beralkohol dan plester siap digunakan.
Sebelum proses vaksinasi dimulai, petugas kembali memastikan data saya (nama lengkap dan tanggal lahir). Kemudian, petugas menunjukkan botol vaksinnya ke saya. Sayangnya, saya lupa mendokumentasikan botol vaksinnya 😅🙏 Tapi, sama dengan yang digunakan untuk Bapak Presiden kok 😁 Jadi, petugas memperlihatkan nama vaksinnya, botol vaksin yang masih dalam kondisi tersegel, dan tanggal kadaluarsa vaksin. Coba, nanti, saya usahakan untuk mendokumentasikannya ketika penyuntikan vaksin kedua ya 😉
Proses vaksinasi pun dimulai. Jujur, SAYA DEG-DEGAN 😆 Deg-degannya karena, ya, ini kan hal baru dan dari pihak rumah sakit banyak yang mendokumentasikan prosesnya karena saya adalah orang pertama yang divaksinasi di rumah sakit itu 😅 Padahal, proses vaksinasinya seperti proses vaksinasi pada umumnya. Saya kan rutin vaksinasi Influenza juga setiap tahun jadi, ya, sebenarnya, biasa aja 😁
Baca juga: Cegah Influenza Dengan Vaksin Influenza
Kalau saya ditanya, sakit atau ngga? Ya, sakit. Kan disuntik 😅 Tapi, sakitnya karena disuntik aja. Biasa. Saat cairan vaksinnya masuk, ngga ada rasa apa-apa. Ngga ada rasa sakit, rasa perih, atau rasa panas. Nah, setelah disuntik, saya merasa pegal di area penyuntikan (vaksin disuntikkan di lengan kiri atas saya). Tapi, rasa pegalnya minimal kok. Malah, menurut saya, lebih terasa pegal waktu saya divaksinasi Hepatitis B dan PCV.
Setelah proses vaksinasi selesai, saya diminta menunggu selama 30 menit di Area Observasi untuk diobservasi apakah saya mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau tidak.
Saya jelaskan sedikit mengenai KIPI ya.
KIPI adalah reaksi tubuh penerima vaksin setelah pemberian vaksin. KIPI dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah kesehatan dan kondisi seseorang saat menerima vaksin dan proses vaksinasi itu sendiri. Oleh karena itu, KIPI tidak selalu terjadi pada setiap orang yang divaksinasi. Namun, apabila terjadi, gejala KIPI dapat berbeda-beda pada setiap orang dan dapat terjadi pada tingkatan yang berbeda-beda pula (mulai dari ringan sampai berat).
Gejala KIPI dapat bersifat lokal atau sistemik. Gejala KIPI yang bersifat lokal dapat berupa kemerahan, rasa nyeri, rasa gatal, dan/atau bengkak pada area penyuntikan vaksin. Gejala KIPI yang bersifat sistemik dapat berupa demam, sakit kepala, dan/atau tubuh terasa lemas. Gejala KIPI yang ringan, biasanya, terjadi sesaat setelah penyuntikan vaksin dan dapat membaik dengan atau tanpa pengobatan dalam waktu yang relatif cepat. Sedangkan gejala KIPI yang berat, seperti reaksi alergi berat (anafilaktik) terhadap kandungan vaksin dan kejang, cenderung jarang terjadi. Namun, apabila terjadi, dengan tata laksana yang cepat dan tepat, semua gejala KIPI yang berat dapat diatasi dan sembuh total tanpa adanya dampak jangka panjang.
Alhamdulillaah, selama 30 menit menunggu, selain rasa pegal, saya tidak mengalami gejala-gejala KIPI lain seperti kemerahan, rasa gatal, dan/atau bengkak di area penyuntikan. Malah, waktu saya divaksinasi Hepatitis B yang muncul kemerahan dan rasa gatal di area penyuntikan. Saya juga tidak merasa kepala saya ringan, pusing, sakit kepala, sesak napas, mual, dan/atau muntah. Secara garis besar, saya merasa kondisi saya sama seperti sebelum divaksinasi.
Setelah 30 menit, saya dipanggil ke Area Sertifikasi. Di sini, saya diedukasi mengenai KIPI. Termasuk, kalau saya mengalami KIPI di rumah, saya harus menghubungi siapa (contact person di RS Brawijaya Saharjo). Selain itu, saya juga diinformasikan untuk menjalani penyuntikan vaksin kedua selang 14 hari setelah penyuntikan vaksin pertama ini dan dijelaskan prosedurnya. Kemudian, pihak RS Brawijaya Saharjo mengeluarkan sertifikat yang menyatakan bahwa saya sudah menjalani penyuntikan vaksin pertama COVID-19. Mengenai sertifikat ini, sebenarnya, sertifikat yang diberikan RS Brawijaya Saharjo bersifat back-up karena, begitu keterangan bahwa kita sudah menjalani penyuntikan vaksin pertama COVID-19 dimasukkan ke sistem, sistem akan mengeluarkan sertifikat digital. Seperti pengalaman saya, setelah saya mendapatkan sertifikat dari RS Brawijaya Saharjo, SMS dari 1199 yang berisi link sertifikat digital saya masuk ke inbox nomor saya.
Alhamdulillaah, penyuntikan vaksin pertama COVID-19 selesai 💖
Saya ke RS kan sendiri ya, nyetir mobil sendiri. Nah, setelah menjalani penyuntikan pertama vaksinasi COVID-19, saya nyetir mobil pulang ke rumah rasanya, ya, biasa aja. Saya tetap berdendang dan bergoyang (((berdendang dan bergoyaaanngg))) mengikuti irama lagu di song play list aplikasi Spotify saya seperti biasa 🙆
Nah, kurang lebih 3.5 jam pasca vaksinasi, saya merasa tubuh saya hangat. Saya ukur suhu tubuh saya dan hasilnya 36.7 derajat Celcius. Artinya, ya, bukan demam. Apakah saya minum obat penurun demam? Ngga. Kan ngga demam. Saya juga ngga rewel kok (anak-anak kali ah...) 😝 Rasa pegal yang saya rasakan juga saya biarin aja. Saya ngga minum obat pereda nyeri. Toh rasa pegalnya minimal ini. Waktu saya vaksinasi Hepatitis B, saya juga merasa tubuh saya hangat kayak gini. Waktu itu, saya ukur suhu tubuh saya 37 derajat Celcius. Waktu itu, saya juga ngga minum obat penurun demam. Alhamdulillaah, gejala-gejala yang saya rasa membaik dengan sendirinya. Jadi, saya bisa simpulkan bahwa gejala-gejala yang saya rasa masih dalam batas normal.
Alhamdulillaah, saya tidak merasa mual dan/atau muntah. Saya tetap makan siang dengan nikmat. Setelah saya makan siang, tubuh saya yang tadinya terasa hangat jadi tidak terasa hangat lagi 😅 Jadi, kayaknya, rasa hangat itu semacam tubuh saya memberikan sinyal ke saya untuk segera makan siang karena memang sudah waktunya makan siang dan minum yang banyak secara tubuh saya sedang bekerja keras membentuk "tentara-tentara pertahanan" ya. Mungkin, maksudnya, yuk tolong dibantu yuk dengan pasokan nutrisi mumpung sudah waktunya juga gitu 😌
Alhamdulillaah, saya tidak merasa kepala saya ringan, pusing, sakit kepala, atau semacamnya. Saya tetap tidur siang dengan nyenyak. Malah, sebelumnya, saya sempat menulis artikel ini dan nonton drama Korea dulu 😜
Sampai sini, saya bisa simpulkan bahwa penyuntikan vaksin pertama COVID-19 berjalan lancar, aman, dan nyaman. Tentu cerita ini belum selesai karena saya masih terus memantau kondisi saya selain karena saya masih harus menjalani penyuntikan vaksin kedua selang waktu 14 hari.
7 jam pasca vaksinasi pertama COVID-19:
Alhamdulillaah, saya sama sekali tidak merasakan rasa pegal di area penyuntikan yang sebelumnya saya rasakan.
Hari ke-1 (1x24 jam) pasca vaksinasi pertama COVID-19:
Alhamdulillaah, saya bangun tidur pagi seperti biasa (Alhamdulillah, saya tidur malam dengan nyenyak) dan saya tidak merasakan gejala apapun. Selama 1x24 jam, suhu tubuh saya terpantau berada dalam rentang 36.2 derajat Celcius sampai 36.9 derajat Celcius. Ini kok saya semacam bikin morning report zaman ko-asisten dulu ya 😂 Ya, intinya, Alhamdulillaah, saya sehat 😌
Hari ke-3 pasca vaksinasi pertama COVID-19:
Alhamdulillaah, saya tidak merasakan gejala apapun. Alhamdulillaah, saya sehat 😌
Hari ke-7 pasca vaksinasi pertama COVID-19:
Alhamdulillaah, saya tidak merasakan gejala apapun. Alhamdulillaah, saya tetap sehat 😉
Hari ke-10 pasca vaksinasi pertama COVID-19:
Alhamdulillaah, saya tidak merasakan gejala apapun. Alhamdulillaah, saya sehat dan siap untuk penyuntikan vaksin COVID-19 kedua 😉
Tips dari saya untuk mempersiapkan diri menjalani vaksinasi COVID-19 berdasarkan pengalaman saya:
Pertama, yakin. Saya meyakini vaksinasi COVID-19 adalah bentuk ikhtiar lain yang ada dan bisa kita gunakan tidak hanya untuk melindungi diri kita sendiri tapi juga untuk melindungi orang-orang yang kita sayangi. Saya meyakini vaksinasi COVID-19 adalah bentuk ikhtiar lain yang ada dan bisa kita gunakan untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang saat ini masih berlangsung. Apalagi vaksinnya digratiskan dan saya, sebagai tenaga kesehatan, diprioritaskan untuk mendapatkannya. Ingat, vaksinasi itu termasuk hak kita loh - hak kita untuk hidup sehat.
Kedua, jaga kesehatan supaya kondisi kita prima pada hari penyuntikan dan setelahnya.
Ketiga, sarapan atau makan siang dulu ya (sesuaikan dengan jadwal vaksinasi kamu)😉
Hari ke-7 pasca vaksinasi kedua COVID-19:
Alhamdulillaah, saya tidak merasakan gejala apapun. Alhamdulillaah, saya sehat 😌
Hari ke-10 pasca vaksinasi kedua COVID-19:
Alhamdulillaah, saya tidak merasakan gejala apapun. Alhamdulillaah, saya tetap sehat 😉
Hari ke-14 pasca vaksinasi kedua COVID-19:
Alhamdulillaah, saya tidak merasakan gejala apapun. Alhamdulillaah, saya tetap sehat. Insya Allah, imunitas penuh sudah terbentuk 🙏